Jumat, 17 Desember 2010

ANTARA WARIA DAN WANITA

Waria bukan sosok wanita tulen, bukan juga lelaki sejati yang gagah perkasa yang senantiasa melindungi kaum perempuan. Tapi waria adalah pria yang penampilannya menyerupai perempuan. Bisa jadi karena faktor genetik atau mungkin faktor lingkukan yang kebanyakan dari mereka adalah waria. Atau mungkin juga faktor traumatik terhadap laki-laki karena sebab-sebab tertentu, sehingga menyebabkan mereka benci dengan laki-laki lalu berpindah haluan menjadi perempuan.


Menurut para ahli Fiqih, waria bukanlah seorang pria yang menyerupai perempuan, melainkan adalah Huntsa (dalam bahasa arab), yaitu orang yang mempunyai dua alat kelamin, yaitu kelamin perempuan dan laki-laki. Sehingga mengharuskan mereka untuk berobat medis, mana yang lebih dominan diantara keduanya, maka itulah jenis kelaminnya.
Apapun pengertian tentang waria, tetap saja hukum Allah tidak bisa diputar balikan. Dalam hadistNya Allah mengatakan bahwasannya ia melaknat bagi setiap laki-laki yang menyerupai perempuan, dan perempuan yang menyerupai laki-laki. Artnya, siapapun ia yang mencoba mengubah penampilannya dan melanggar kodratnya, maka baginya adalah laknat Allah yang perih.
• Waria mengubah kelamin
Disadari atau tidak, keberadaan waria semakin marak bahkan bertambah. Apapun faktor yang melatar belakangi mereka, yang pasti keinginan mereka untuk menjadi seorang wanita sangat kuat. Seperti yang telah dijelaskan diatas, banyak faktor yang mendukung mereka menjadi seorang wanita. Salah satunya faktor genetik, ada sebagian bayi yang terlahir dengan dua kelamin. Yang akhirnya mengakibatkan mereka harus operasi kelamin dengan melihat kebiasaan yang lebih dominan. Atau ada bayi yang terlahir sebagai perempuan tetapi vaginanya tidak berlubang, sehingga memungkinkan ia berganti kelamin menjadi laki-laki. Agama Islampun membolehkan adanya hal seperti itu. Karena dengan latar belakang medis.
Tetapi tidak sedikit dari sebagian waria yang mencoba berganti kelamin hanya karena kepuasan batin semata. Ia tidak punya alasan medis untuk merubah kelaminnya, hanya karena faktor lingkungan dan pergaulan, ia rela mengeluarkan bajet berapapun demi keinginannya menjadi seorang wanita.
Lantas, bagaimana agama menyingkapihal ini? Laki-laki yang rela mengubah kelaminnya demi keinginan dan kepuasan duniawi semata. Sekilas telah disebutkan diatas bahwasannya Allah tidak pernah menyukai seorang laki-laki yang menyerupai perempuan, begitupun sebaliknya. Siapapun yang telah menyalahi kodratnya tanpa alasan yang kuat, maka ia tetap dosa di mata Allah. Karena telah jelas dalam firman-Nya.
• Status Waria di Indonesia
Indonesia merupakan negara hukum yang dengan berlandaskan UUD dan Pancasila. Yang mayoritas penduduknya adalah umat Muslim. Selintas penulis pernah mendengar tentang disyahkannya seorang laki-laki yang merubah kelamin menjadi perempuan oleh pengadilan Negara. Sedikit asing memang, karena hal ini tidak pernah kita temui dalam ajaran Agama Islam.
Berawal dari seorang anak kecil yang mempunyai gangguan pada kelaminnya, lalu ia mengoperasi kelaminnya menjadi perempuan. Tetapi hingga umurnya mencapai delapan tahun, tingkah lakunya persis seperti laki-laki, hingga akhirnya ia kembali merubah kelaminnya dan di syahkan oleh pengadilan Negeri bahwa ia adalah seorang laki-laki. Hal ini terulang kembali pada seorang waria yang bernama Agus Kuncoro yang merubah kelaminnya sekitar lima tahun silam, lalu pertengahan Desember 2009 ia mencoba mengajukan ke pengadilan Negeri untuk disyahkan statusnya sebagai seorang perempuan dan berganti nama menjadi Dea Kuswanti.
Hal ini tentu saja menimbulkan banyak pertentangan, khususnya dikalangan Ulama. Bila pertimbangannya adalah Hak Asasi Manusia, tetap saja hal ini bertentangan dengan kaidah dan norma-norma yang berlaku dikalangan masyarakat. Putusan pengadilan negeri yang mengesahkan praktek pergantian kelamin bertentangan dengan hukum Agama dari nilai moral yang berlaku.
Mengapa hukum di Indonesia begitu mudah memutuskan sesuatu yang kenyataannya bertentangan dengan Agama. Jika satu waria disyahkan menjadi seorang wanita, maka akan semakin banyak pula waria-waria yang berdatangan ke pengadilan Negeri untuk mengajukan dirinya sebagai seorang wanita. Dan semakin banyak pula orang-orang yang menyalahi kodratnya, yang tentu saja dilaknat oleh Allah SWT.
• Kedudukan Waria dimata Allah
Allah SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Di mata Allah laki-laki adalah calon pemimpin bagi keluarga, Negara, dan Agamanya. Dan perempuan adalah sosok yang tinggi derajatnyauntuk melayani suaminya dan mendidik anak-anaknya menuju jalan Allah SWT. Lalu bagaimana dengan kedudukan sorang waria?bagaimana dengan ibadah yang selama ini dijalaninya?
Waria dimata Allah tetap saja orang-orang yang menyalahi kodratnya, kecuai orang-orang yang merubah kelamin dengan alasan tertentu yang tidak menyalahi agama. Karena ia tidak bisa menerima apa yang telah diberikan oleh Allah. Apalagi waria-waria yang menyimpang hanya karena faktor pergaulan. Allah hanya akan meminta pertanggung jawaban mereka di akhirat nanti.
Sekilas kita mengingat tentang adanya pesantren waria yang mengadakan pengajian rutin setiap senin kamis. Juga shalat berjamaah setiap harinya. Mereka beribadah sesuai ajaran agama. Ada yang beribadah layaknya laki-laki lengkap dengan sarung dan kopiahnya, bahkan ada yang msih menggunakan mukena seperti perempuan pada umumnya. Lantas, apakan ibadah mereka diterima oleh Allah SWT? Meskipun mereka telah menyimpang dari fitrahnya, kita tidak bisa mengklai bahwa ibadahnya tidak diterima oleh Allah. Urusan diterima atau tidak hanya Allah yang maha mengetahui.
Walau begitu, mereka hidup bukan untuk dijauhi, tetapi untuk dituntun kembali ke jalan yang lurus. Kembali ke kodrat dan fitrahnya sebagai lelaki sejati. Inilah tugas kita sebagai seorang Da’i untuk berdakwah dikalangan orang-orang yang menyimpang. Bukan untuk dijadikan hinaan atau celaan, tetapi ladang pahala untuk menuntun orang-orang yang butuh siraman rohani. Sejahat atau seburuk apapun dia, pada dasarnya naluri manusia selalu ingin bertuhan. Wallahi A’lam Bishoab





1 komentar:

  1. ya karena orang yg normal tidak merasakan pedih nya jadi wanita yg terjebak dalam tubuh laki2...mau dipaksa jadi lelaki sejati juga tetap tidak bisa karena keseluruhan jiwanya wanita kecuali raganya,,,

    BalasHapus